Bab I
Pendahuluan
1.1.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam membentuk peradaban bangsa. Melalui
pendidikan akan melahirkan generasi-genarasi yang diharapkan yang mampu menjadi
tonggak perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Proses belajar merupakan salah satu unsur
terpenting dari suatu pendidikan itu sendiri. Karena dalam proses belajarlah,
sebuah perubahan kearah yang lebih baik akan terwujud.
Belajar adalah perubahan
perilaku siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik. Guru
merupakan seorang yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran siswa.
Karena seorang guru akan memunculkan proses belajar itu sendiri pada diri
siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam proses belajar,
baik kemampuan dari segi kognitif, sosial, psikologi, maupun fisiologi. Dari
berbagai perbedaan kemampuan tersebut, akan muncul respon pada diri siswa
terhadap suatu hal yang dipelajari. Respon tersebut akan menjadi tolak ukur
siswa dalam proses belajar itu sendiri. Maka dari itu, makalah ini membahas
tentang Kesulitan Belajar yang berarti tujuan dari suatu pembelajaran itu
sendiri tidak tercapai atau respon pada diri siswa terhadap hal yang dipelajari
memberi respon negatif.
. 1.2. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
Pengertian Kesulitan Belajar
2.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
3.
Apa saja
macam-macam kesulitan belajar
4.
Bagaimana
kerakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar
5.
Bagaimana
mendiaknosis siswa yang mengalami kesulitan belajar
1.3.
Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari kesulitan belajar
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja ynag mempengaruhi siswa kesulitan dalam
belajar
3.
Untuk
mengetahui macam-macam dari kesulitran belajar
4.
Untuk
mengetahui kerakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar
5.
Untuk
mengetahui langkah-langkah dalam mendiaknosis siswa yang mengalami kesulitan
belajar
1.2.
Manfaat
Beberapa manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Bagi
penulis, dapat mengetahui perihal tentang kesulitan belajar, macam-macam
kesulitan belajar, dan bagaimana cara mendiaknosis siswa yang mengalami
kesulitan belajar sehingga sebagai calon guru makalah ini sangat membantu untuk
menambah pengetahuan guna mempersiapkan diri sebelum terjun kelapangan.
2.
Bagi
pembaca, untuk menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca tentang kesulitan belajar.
Bab II
Pembahasan
Kesulitan Belajar
A.
Pengertian Kesulitan Belajar
Dalam
keadaan di mana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. Kesulitan belajar yang dimaksud
disini ialah kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau menyerap
pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu
mengikuti pelajaran yang disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru. Dalam
definisi lain dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana
anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman,
hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Kesulitan
belajar didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang
dikutip oleh Abdurrahman (2003) adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih
dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran
atau tulisan.
Sedangkan
menurut Sunarta (1985) kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh
peserta didik dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya
rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi
yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan
dalam proses belajar mengajar dimana peserta didik tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya.
Anak-anak yang mengalami kesulitan
belajar itu biasa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong
memiliki IQ tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah (di bawah rata-rata
kelas).
Dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat menyerap pelajaran
dengan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain ia mengalami kesulitan untuk
menyerap pelajaran tersebut, baik kesulitan itu datang dari dirinya sendiri,
dari sekitarnya ataupun karena faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya. Dalam
hal ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negatif terhadap hasil
belajarnya. Jika kadang kita beranggapan bahwa hasil belajar yang baik itu
diperoleh oleh anak didik yang memiliki inteligensi di atas rata-rata, namun
sebenarnya terkadang bukan inteligensi yang menjadi satu-satunya tolak ukur
prestasi belajar. Justru terkadang kesulitan belajar ini juga turut berperan
dalam mempengaruhi hasil belajar anak didik.
B.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Fenomena
kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering
tidak masuk kuliah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas
dua macam.
1. Faktor
intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa
sendiri.
2. Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau
keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain
tersebut dibawah ini.
1. Faktor intern
siswa
Faktor
intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisiksiswa, yakni:
1.
Yang bersifat kognitif (ranah
cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
2.
Yang bersifat afektif (ranah rasa),
antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
3.
Yang bersifat psikomotor (ranah
karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan
pendengar (mata dan telinga)
a.
Fisiologi
Faktor
fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang
sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima
pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor
fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya
masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi
cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta
gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
dan lain sebagainya.
b.
Psikologis
Faktor
psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya
memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga
termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh
anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140)
memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak
yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah
walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki
IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami
kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu
mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor
psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe
anak dalam belajar.
1. Faktor ektern siswa
Faktor
ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.
1.
Lingkungan keluarga, contohnya:
ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi
keluarga.
2.
Lingkungan perkampungan/masyarakat,
contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer
group) yang nakal.
3.
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan
letak gedung yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat
belajar yang berkualitas rendah.
Adapun faktor-faktor ekternnya
adalah sebagai berikut:
v Social.
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah.
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda
dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu
diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak,
apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya
juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak
v Non-social Faktor-faktor non-sosial yang dapat
menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah factor guru di
sekolah, kurikulum dan sebagainya.
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap masalah kesulitan belajar,
ditemukan sejumlah faktor penyebabnya, diantaranya
1.
Keturunan
Di Swedia,
Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan rata-rata
anggota tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan mengeja,
setelah diteliti secara lebih mendalam, ternyata salah satu faktor penyebabnya
adalah faktor keturunan.
2.
Otak
Ada pendapat
yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan pada syaraf
otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup sengit. Beberapa
peneliti menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang
mengalami kelambanan atau kesulitan belajar dengan anak yan ab-normal. Hanya
saja anak yang lamban atau kesulitan belajar memiliki adanya sedikit tanda
cedera pada otak, oleh karena itu para ahli tidak terlalu menganggap cedera
otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan ini.
3.
Pemikiran
Siswa yang
mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan dalam menerima penjelasan
tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah mereka tidak dapat
mengorganisasikan cara berpikir secara baik dan sistematis. Para ahli
berpendapat bahwa mereka perlu dilatih berulang-ulang, dengan tujuan
meningkatkan daya belajarnya.
4.
Gizi
Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan
terhadap anak-anak dan binatang, ditemukan bahwa ada kaitan yang erat antara
kesulitan belajar dengan kekurangan gizi. Artinya, kekurangan gizi menjadi salah
satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar.
5.
Lingkungan
Faktor-faktor
lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat mengganggu
perkembangan mental anak, baik yang terjadi di dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Meskipun faktor ini dapat pengaruhi kesulitan belajar, tetapi bukan
satu-satunya faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar. Namun, yang pasti
faktor tersebut dapat mengganggu ingatan dan daya konsentrasi anak.
6.
Biokimia
Pengaruh
penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan belajar masih menjadi
kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Comfers (dalam Kirk
& Ghallager, 1986) menemukan bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat
mengurangi hiperaktivitas. Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy (dalam
Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan hal yang sebaliknya. Penemuan
kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi, perasa dan pewarna buatan
hiperkinesis pada anak yang kemudian akan menyebabkan kesulitan belajar. Ia
lalu merekomendasikan diet salisilat dan bahan makanan buatan kepada anak-anak
yang mengalami kesulitan belajar.
Selain faktor-faktor yang bersifat
umum diatas, adapula faktor yang yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa.
Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah
sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
(syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis (Reber,1998) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
1. Disleksia
(dyslexia), yakni ketidakmampuan membaca.
2.
Disgrafia (dysgraphia), yakni
ketidakmampuan belajar menulis.
3. Diskalkulia
(dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi,
siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki
potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas
rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita
sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain
dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Rebert, 1988).
C. Macam-macam Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar. Hambatan tersebut dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun
fisiologis. Hambatan tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa yang dicapai
berada di bawah semestinya.
Macam
kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang sangat luas, diantaranya :
1.
Learning
disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan,
akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari
potensi yang dimilikinya.
2.
Learning
disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan
psikologis lainnya.
3.
Underachiever merupakan
siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di
atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
4.
Slow learner atau lambat
belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.
5.
Learning
disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala.
D. Karakteristik Kesulitan Belajar
Menurut
Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada
anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan sebagai
hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.
1) Sejarah kegagalan akademik berulang kali
Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang.
Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.
2) Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan
berinteraksi dengan kesulitan belajar
Adanya kelainan fisik, misalnya
penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang terganggu berkembang
menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal.
3) Kelainan motivasional Kegagalan berulang,
penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya reinforcement. Semua ini
ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat
untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan
lain.
3) Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan
yang mengambang Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan
gagal dalam bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain.
Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam
hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk
mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
4) Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak
konsisten dan tidak terduga Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar
cenderung tidak konstan. Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan
dengan anak lain. Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian
mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat
diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri
5) Penilaian yang keliru karena data tidak
lengkap Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang
anak berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap
seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku
akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
6) Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak
memadai Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman
belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak
terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara
kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat
dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar .
Beberapa
perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1.
Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu
rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan
belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang
disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar,
seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan,
seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan
gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya
dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal,
dan sebagainya.
E. Diagnosis
Kesulitan Belajar
1. Pengertian diagnosis kesulitan belajar
Diagnosis
adalah keputusan atau penentu mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa
yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Sebelum menentakan alternatif pemecahan
masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu
melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena
yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.
Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit”
yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
“diagnostik” kesulitan belajar.
v
Langkah-langkah diagnosis kesulitan
belajar
Banyak
langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup
terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut:
1.
Melakukan observasi kelas untuk
melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
2.
Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa
khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
3.
Mewawancarai orangtua / wali siswa untuk
mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4.
Memberikan tes diagnostik bidang
kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5.
Memberikan tes kemampuan intelegensi
(IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. [13]
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal
sebagai berikut:
1. Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar siswa.
2.
Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi
sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
3. Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa
yang mengalami kesulitan belajar. [14]
Kegiatan diagnosis dapat dilakukan
dengan cara:
1. Membandingkan
nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh
individu.
2.
Membandingkan prestasi dengan
potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
3. Membandingkan
nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
Secara umum
langkah-langkah tersebut diatas dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali
langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orang tua siswa dapat
berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat ialah
apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh dibawah normal
(tuna grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga
pendidikan khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga/
sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusu
untuk anak-anak abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukkan
misbehavior berat seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau
kecanduan narkotika, harus diperlakukan secara khusus pula, umumnya dimasukkan
ke lembaga pemasyarakatan anak-anak atau ke “pesantren” khusus pecandu
narkotika.
Adapun untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgafia, dan
diskalkulia, sebagaimana yang telah diuraikan, guru dan orang tua sangat
dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini
biasanya bertugas menangani siswa pengidap sindrom-sindrom tadi disamping
melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Dalam rangka
diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya:
1.
Dokter, untuk mengetahui kesehatan
anak.
2.
Psikolog, untuk mengetahui tingkat
IQ anak.
3.
Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan
anak.
4.
Social worker, untuk mengetahui
kelainan sosial yang mungkin dialami anak.
5.
Ortopedagogik, untuk mengetahui
kelainan-kelainan yang ada pada anak.
6.
Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan
belajar anak selama di sekolah.
7.
Orang tua anak, untuk mengetahui
kebiasaan anak dirumah.
2. Analisis
hasil diagnosis kesulitan belajar
Data dan
informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu
dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa
yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : siti fulanah
mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata polisemi. Polisemi adalah
sebuah istilah yang menunjuk kata yang mimiliki dua makna atau lebih. Kata
“turun”, umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun tangga,
turun ranjang, turun tangan dan seterusnya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang
juga dapat dipakai dalam banyak frase seperti: naik daun, naik darah, naik
banding, dan sebagainya.
Bab III
Penutup
3.1.
Kesimpulan
Kesulitan
belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat menyerap pelajaran
dengan sebagaimana mestinya. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari
dalam diri peserta didik. Sedangkan, faktor eksternal berasal dari luar peserta
didik. Macam-macam kesulitan belajar terdiri dari lima yaitu : Learning disorder, Learning disfunction, Underachiever,
Slow learner, Learning disabilities. Terdapat tujuh karakteristik dan
manifestasi untuk mendiagnosis kesulitan belajar pada diri siswa. Diagnosis
adalah keputusan atau penentu mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa
yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya
prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada
ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur
seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.
3.2.
Saran
Sebaiknya kita sebagai calon seorang
guru yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran ,seharusnya dapat
mengerti perilaku maupun karakteristik siswa agar kita dapat mengetahui jika
siswa tersebut mengalami jenis kesulitan belajar yang mana sehingga kita dapat
mencegahnya atau berupaya membantunya untuk meminimalisir kesulitan belajar
yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aunur,
Rahman.2012. Belajar dan Pembelajaran.Bandung:
Alfabeta, hal.197
Drs.H.Abu
Ahmadi,widodo.2013.Psikologi Belajar .Jakarta:Rineka
Cipta,hal.77-78.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati.2002.
Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar.
Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, hal.4
Muhibbin
,Syah.2012.Psikologi Belajar .Jakarta:
Rajawali Pers,hal.185
Kesulitan Belajar
(Makalah Belajar dan pembelajaran)
Nama
kelompok
1. RA.
Fitria Fadilah
2. Sholihatun
Nisa’
3. Ulfa
Rizky Utami
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sriwijaya
0 komentar:
Posting Komentar